FENOMENA BTS MEAL, APA YANG SEDANG TERJADI PADA GENERASI INI ?
Beberapa waktu ini kita dikejutkan dengan fenomena “BTS Meal”. Sebelumnya
perlu diketahui bahwa BTS meal merupakan produk makanan hasil kolaborasi antara
boy band dari Korea yakni BTS dan restoran cepat saji asal Amerika serikat, McDonald.
Suatu fenomena dimana banyak orang rela mengantri panjang dan lama hanya untuk
mendapatkan makanan dengan kemasan ungu khas BTS. Fenomena tersebut tidak hanya
terjadi di Indonesia tetapi juga di banyak negara.
Banyak orang yang mengantri mayoritas tidak ingin membeli makanan yang
disediakan tetapi yang terutama adalah untuk mendapatkan kemasan yang bertema
BTS tersebut. Fenomena lanjutan yang lebih mengherankan sebagai imbas fenomena ini
adalah dijualnya kotak makanan kosong BTS Meal di e-commerce. Sebagai contoh,
di Malaysia, ada orang yang menjual kotak kosong BTS Meal seharga RM 39.99 (Rp
139 ribu). Padahal McD Malaysia menjual paketan makanan ini seharga RM 15.70
saja (Rp 55.500). Sementara di Amerika Serikat, muncul lelang nugget BTS Meal
berbentuk karakter Among Us di eBay. Nugget itu dilelang mulai dari harga US$
0,99. Penawaran naik menjadi US$ 14,9 dan berakhir di angka US$ 99.997 atau
sekitar Rp 1,4 miliar. Suatu hal gila jika kita lihat dari perspektif orang
awam mengapa karakter nuget atau kemasan dengan tema BTS bisa laku hingga
ratusan juta bahkan milyaran. Suatu hal gila pula, hanya demi satu kemasan
makanan orang rela mengantri lama hanya untuk mendapatkannya. Apakah salah ?
Secara manusiawi tidak salah, kenapa? karena hak asasi mausia. Tetapi jika kita
lihat dari perspektif iman Kristen, tentu ada yang salah. Mengapa bisa dikatakan
salah ? Jelas, banyak orang mengeluh hanya karena ibadah sangat lama tetapi rela mengantri hanya demi bungkus makanan yang
harusnya berakhir di tempat sampah. Apakah BTS salah? Apakah McDonald Salah?
Tidak, karena mereka hanya berkarya dan berbisnis. Tetapi yang menjadi
pertanyaan besar, mengapa ini bisa terjadi? Apa yang salah di generasi ini?
Siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa ini ?
Sebelum kita membahas lebih jauh lagi, coba kita berpikir, mengapa
fenomena ini tidak terjadi di generasi sebelumnya. Oleh karena itu kita perlu melihat apa yang sedang terjadi di generasi
berdasar kajian yang ada. Dalam melihat fenomena ini, kita perlu mengerti piramida
Maslow, walaupun teori tersebut cukup ditentang tetapi cukup relevan jika kita
melihat dengan apa yang terjadi. Piramida maslow terdapat lima tingkat
kebutuhan dasar. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan
rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang,
kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Berdasarkan
teorinya, Maslow memberi hipotesis bahwa setelah individu memuaskan kebutuhan
pada tingkat paling bawah, individu akan memuaskan kebutuhan pada tingkat yang
berikutnya.ika pada tingkat tertinggi tetapi kebutuhan dasar tidak terpuaskan,
maka individu dapat kembali pada tingkat kebutuhan yang sebelumnya. Menurut
Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh dua kekuatan yakni
motivasi kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi perkembangan (growth
motivation).
Dan fenomena ini
berkaitan pada 2 kebutuhan pada piramida tersebut. 2 Kebutuhan yang dimaksud
yaitu Self – Esteem dan Love and belonging. Mengapa ? Berdasar
penjelasan dari Ibu Esti Wungu sebagai dosen fakultas psikologi Universitas
Padjajaran dari ketik.unpad.ac.id dijelaskan akan kedua hubungan
tersebut. Adanya fanatisme terhadap idola atau seorang tokoh atau sekelompok
orang didorong oleh individu yang berpikir dirinya menjadi lebih berharga
karena memiliki kesamaan dengan idolanya. Dan perlu diketahui bahwa orang-orang
yang tidak punya “sahabat” (bisa dikatakan juga mentor, pendamping) ataupun
teman berbagi akan cenderung mengonstruksi idolanya tersebut sebagai teman dan
tempat berbagi mereka dan hal tersebut didasarkan pada “Kasih”. Berdasarkan tinjauan yang telah saya
himpun, dalam dunia psikologi, relasi satu arah tadi lebih dikenal dengan
relasi parasosial. Relasi parasional membuat hubungan tersebut terbagi lagi menjadi friendship
dan love. Hubungan friendship akan cenderung membuat seseorang mendukung
idolanya dengan berbagai macam cara, sedangkan pada hubungan love, seseorang
mulai memiliki ketertarikan lebih kepada idolanya sendiri dan berlaku layaknya
jatuh cinta. Dan semua berdasar pada KASIH dan PENCARIAN IDENTITAS.
Berarti
pada bagian ini kita dapat ambil kesimpulan bahwa generasi ini kurang akan KASIH
dan RASA DIHARGAI
Maka kembali ke pertanyaan
sebelumnya, mengapa ini bisa terjadi? Apa yang salah di generasi ini?
Siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa ini ? Secara jelas pribadi
yang perlu bertanggung jawab akan hal ini adalah setiap dari kita, gereja, dan
bahkan tubuh Kristus. Jawaban saya terdapat pada pertanyaan yang akan saja
ajukan. Dimana para bapak rohani atau mungkin konselor atau mungkin para
gembala yang menangis dan mengerang karena anak – anak yang mereka kenal kehilangan
kasih TUHAN. Dimana para bapak rohani yang mau melayani orang lain lebih dari
dirinya sendiri ? Dimana para bapak rohani yang mau memikirkan dan menjadi bapak
secara (seperti bapak) jasmani maupun rohani dan tidak memikirkan dirinya
sendiri ? Dimana gereja – gereja, dimana PMK – PMK yang mulai mengarahkan
pandangan dan menyalurkan kasih Bapa kepada anak – anak yang ada melebihi sistem
dan administrasi ? Dimana mata para pendeta dan gembala melihat fenomena ini ? Dimana
kita ketika kita melihat hal ini ? Apakah setiap dari diri kita mampu melihat
bahwa generasi ini membutuhkan kasih Bapa, atau hanya memikirkan setiap urusan
pribadi kita saja ?
Seharusnya fenomena tersebut menjadi peringatan bagi kita bahwa adanya
generasi yang membutuhkan uluran kasih Bapa. Gereja dan PMK sudah cukup berputar
hanya pada sistem dan program atau bahkan event. Kita telah terlalu pintar
berteologi dan berorganisasi tetapi kita lupa esensi yang ada yakni jiwa – jiwa.
Apakah event, teologi, administasi dan sistem salah ? Tidak, yang salah adalah
ketika esensi itu tidak sampai. Tidak hanya itu saja, setiap dari kita yang
berada di marketplace maupun di 7 pintu yang ada perlu melihat hal ini. Setiap orang perlu menyadari bahwa
ada peringatan dari TUHAN (terutama memasuki bulan Tamuz) bahwa adanya KASIH
Bapa yang tidak mereka kenal yang berakibat mereka meng-ilahkan hal lain.
Bulan Tamuz
sebagai peringatan
Sebentar lagi kita akan memasuki
bulan Tamuz dan diketahui bahwa bulan tamuz adalah bulan keempat dalam tahun
eklesiastikal pada Kalender Yahudi. Nama bulan ini diambil dari nama salah satu
dewa utama babel yakni Tamus (Tammuz). Pada bulan 17 Tammuz terjadi peristiwa
penting dimana Patung Lembu Mas disembah oleh orang Yahudi, 40 hari setelah
pemberian hukum Taurat kepada Musa di Gunung Sinai (Har Sinai). Kita perlu mengetahui
bahwa alasan Bangsa Israel membuat patung itu dikarenakan meraka rindu akan
kehadiran TUHAN yang selalu mendamping mereka selama perjalanan keluar dari
tanah Mesir. Tetapi pada waktu itu Musa sebagai Bapa bagi Israel pada konteks
waktu itu, pergi, sehingga bangsa Israel seolah kehilangan kehadiran TUHAN.
Seperti yang terjadi pada kisah tersebut. Ketika kita tidak memperhatikan
mereka, membagi kasih TUHAN kepada mereka , maka, kerinduan menyembah dan
mencintai akan dialihkan ke ilah duniawinya.
Sebagai
Kesimpulan, Fenomena BTS Meals merupakan peringatan bagi tubuh Kristus bahwa
ada generasi yang sedang krisis akan kasih TUHAN. Mereka menunggu kita dan
tugas kita adalah membaginya.
Komentar
Posting Komentar